Monday, February 11, 2013

Museum Di Indonesia, Menyongsong Program Gerakan Nasional Cinta Museum


Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya. Ungkapan tersebut sepertinya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Sejak kecil, sejak duduk di bangku sekolah dasar ungkapan tersebut sudah sering di dengar. Namun, sepertinya tidak hanya sekedar menghargai saja. Melainkan kita juga diwajibkan untuk memahami dari sebuah sejarah. Karena dengan kita memahaminya otomatis kita akan menghargainya.
            Sebagai masyarakat yang berada di suatu bangsa yang besar, kita masyarakat Indonesia memang harus memahami apa yang menjadi sejarah dari bangsa kita. Kita harus memahami apa yang telah terjdi sehingga kita dapat merasakan bangsa Indonesia yang seperti saat ini. Selain itu, kita juga harus menghargai proses-proses yang dialami bangsa ini. Hal tersebut bertujuan agar apa yang telah dialami bangsa Indonesia dahulunya dapat dijadikan pelajaran untuk menjalani kehidupan di masa sekarang dan yang akan datang. Mengambil semua yang merupakan sisi positif dan memperbaiki semua yang merupakan bagian dari kesalahan yang terjadi di masa lalu agar kesalahan tersebut tidak akan terulang pada masa yang akan datang. Maka dari itu, melestarikan sebuah sejarah agar dapat dipahami dan dihargai sangatlah penting.
            Dewasa ini banyak cara yang dapat dilakukan untuk memahami sebuah sejarah. Tidak hanya melalui buku, saat ini banyak media yang dapat digunakan untuk mempelajari sebuah sejarah bangsa kita. Mulai dari media audio visual seperti televisi dan radio hingga media internet dapat kita gunakan sebagai sarana pembelajaran tentang sejarah. Akan tetapi, akhir-akhir ini yang sedang digalakkan pemerintah yaitu menggunakan museum sebagai sarana pembelajaran mengenai sejarah bagi msyarakat. Dan bahkan tidak hanya sejarah saja, hal-hal yang berkaitan dengan ilmu-ilmu lain juga dapat dipelajari lewat museum.
            Museum adalah lembaga yang mempunyai peranan strategis dalam melestarikan dan mengkomunikasikan sumber daya budaya kita yang sangat beragam, sebagai salah satu asset pariwisata Indonesia (Khoirnafiya, 2009). Museum juga mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas masyarakat, antara lain dalam membentuk pembelajaran, pelayanan informasi, dan penyediaan tempt rekreasi yang edukatif. Oleh karena itu, museum perlu ditumbuhkembangkan dengan baik dan terarah mengingat museum memiliki peranan yang sangat penting dalam masyarakat (khoirnafiya, 2009). Museum sendiri saat ini bisa dibilang merupakan hal yang diprioritaskan oleh pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menegaskan bahwa museum merupakan tempat yang sangat bernilai bagi perjalanan hidup sebuah bangsa dan sebagai tempat menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman kebudayaan kita serta penting artinya bagi pembelajaran.
            Berdasarkan pernyataan presiden tersebut tampaknya pemerintah memang sangat serius dengan masalah permuseuman yang ada di Indonesia. Lalu sepeertinya saat ini negara ingin memaksimalkan fungsi museum sebagai tempat pembelajaran bagi masyarakat. Dalam usahanya tersebut, pemerintah telah menggalakan program Visit Museum yang sudah dicanangkan sejak 30 Desember 2009. Selain itu, untuk mendukung program tersebut, pemerintah juga mencanagkan program yang sedang hangat-hangatnya saat ini yaitu mengadakan program Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM). Yaitu sebuah program yang bertujuan menumbuhkan minat masyarakat terhadap meseum di Indonesia. Program-program yang terkait dengan  museum tersebut tidak lain adalah usaha pemerintah untuk membantu masyarakat guna memahami dan mengahargai sejarah maupun kebudayaan yang dimiliki serta dihasilkan oleh bangsa ini.
            Akan tetapi, tampaknya program-program terkait usaha pemerintah tersebut masih memiliki kendala. Tiga tahun program Visit Museum berjalan, masih banyak yang harus dibenahi oleh pemerintah terkait permuseuman di Indonesia. Hal-hal tersebut antara lain mengenai kesiapan objeknya sendiri. yaitu museum yang merupakan objek utama dari program pemerintah ini. Apakah museum benar-benar memiliki persiapan yang matang untuk menjalankan program pemerintah ini?. Kemudian apa yang diperlukan museum untuk menunjang kesuksesan program pemerintah tersebut?. masalah-masalah tersebut yang nantinya akan dibahas dalam makalah ini.
Belum Maksimalnya Persiapan Museum di Indonesia
            Wacana pemerintah tentang penggunaan museum sebagai sarana pembelajaran untuk masyarakat Indonesia tampaknya memang benar-benar serius. Keseriusan pemerintah tersebut ditandai dengan dicanangkannya program Visit Museum yang dinilai sebagai langkah konkrit untuk mewujudkan usaha pemerintah tersebut. Kemudian untuk mendukung program pemerintah tentang Visit Museum, maka dicanangkanlah program Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM).
            Program Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM) adalah upaya penggalangan kebersamaan antar pemangku kepentingan dan pemilik kepentingan dalam rangka pencapaian fungsionalisasi museum guna memperkuat apresiasi masyarakat terhadap nilai kesejarahan dan budaya bangsa (BudPar, 2010). Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM) ini bertujuan untuk membenahi peran dan posisi museum yang difokuskan pada aspek internal maupun eksternal (BudPar, 2010). Pembenahan pada aspek internal lebih kepada revitalisasi fungsi museum dalam rangka penguatan pencitraan melalui pendekatan konsep manajemen yang terkait dengan fisik dan non fisik. Sedangkan pembenahan pada aspek eksternal lebih kepada konsep kemasan program yaitu menggunakan bentuk sosialisasi dan kampanye pada masyarakat sebagai bagian dari stakeholder. Pembenahan-pembenahan tersebut dilakukan guna menguubah paradigma masyarakat tentang museum.
            Museum yang merupakan sarana pembelajaran masyarakat yang bersifat informatif sering dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Banyak masyarakat yang memandang museum sebagai tempat yang kuno dan tidak menarik serta menyeramkan. Bahkan menurut Dean (1996: 5) museum identik dengan bangunan yang digunakan sebagai gudang dengan bentuk display yang usang (open storage with obsolete display) karena kondisi didalamnya yang tidak tertata, berdebu dan memberi kesan agak menyeramkan (dusty and spooky)(Dean, David : 1996 dalam Haryono, Daniel: 2011).
Kondisi tersebut merupakan realita yang benar-benar terjadi terkait dengan museum. Mayoritas museum di Indonesia memang tampak kuno, kotor, dan tidak inovatif. Koleksi-koleksi yang didisplai pun terkesan asal dan kurang diperhatikan. Bahkan ironisnya sering dijumpai musem yang mendisplai koleksi yang itu-itu saja dengan tempat dan posisi yang tidak berubah dari awal koleksi tersebut di-display. Maka dari itu, saat ini pemerintah sedang berusaha mengubah paradigma masyarakat akan museum yang membosankan dengan berusha membangkitkan kembali minat masyarakat terhadap museum.
 Usaha pemerintah guna mengubah paradigma masyarakat tentang museum ini merupakan langkah yang baik. Merevitalisasi bentuk fisik serta strukturisasi pada museum di Indonesia sedang diupayakan semaksimal mungkin. Akan tetapi tampaknya langkah pemerintah mendapatkan respon yang lambat dari museum itu sendiri. Niat pemerintah tersebut kurang didukung kesigapan pihak museum. Bahkan ditengah-tengah semangatnya pemerintah mencanangkan program Gerakan Nasional Cinta Museum masih banyak museum-museum yang dinilai kurang maksimal dalam mendukung program pemerintah. Revitalisasi yang dilakukan oleh pihak museum tergolong lambat dan kurang cekatan.
Sebagai contoh kasus yang terjadi di Museum Dirgantara Angkatan Udara Yogyakarta. Disana belum terlihat adanya usaha para pengelola museum untuk merevitalisasi bangunan museum. Bahkan usaha untuk memperbaiki tata pemran dan display museum masih belum dilakukan. Selain itu, upaya untuk melengkapi komponen-komponen dalam museum yang dianjurkan oleh ICOM (The International Council of Museum) juga masih kurang. Pihak museum cenderung terlalu apa adanya. Padahal melengkapi komponen-komponen yang mengacu pada kode etik museum yang diterbitkan ICOM merupakan acuan yang harus digunakan. Sehingga program pemerintah ini kurang didukung kesigapan museum yang masih kurang maksimal dalam memperbaharui dirinya dengan komponen-komponen yang dapat mendukung Gerakan Nasional Cinta Museum. Padahal program pemerintah ini merupakan upaya untuk membangkitkan minat masyarakat kepada museum itu sendiri.
Hal-Hal Yang Dibutuhkan Museum
            Museum yang merupakan tempat pembalajaran yang bersifat informative sekarang sedang mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah. Upaya-upaya untuk mengembalikan fungsi museum kepada masyarakat sedang digalakkan oleh pemerintah yaitu dengan mencanangkan program Gerakan Nasional Cinta Museum untuk mendukung Visit Museum. Akan tetapi langkah pemerintah tesebut kurang mendapatkan kesigapan yang baik justru dari objek pemerintah tersebut yaitu museum. Museum dinilai masih kurang maksimal merevitalisasi dirinya. Masih banyak yang harus dibenahi dalam museum di Indonesia.
            Jika mengacu pada Kode Etik Museum ICOM, masih banyak hal-hal yang harus direvitalisasi museum-museum di Indonesia. Hal tersebut antara lain masalah fisik dan non fisik. Masalah yang kaitannya dengan fisik Museum berupa bangunan museum, koleksi, tata pameran, fasilitas-fasilitas pendukung pada museum (storage, keamanan museum, dan fasilitas publik) (UNESCO : 2011). Kemudian masalah yang kaitannya dengan perbaikan non fisik pada museum adalah hal-hal yang kaitannya dengan manajemen museum.
             Dapat dikatakan hampir sebagian besar museum di Indonesia memang kurang maksimal merespon upaya pemerintah ini. seperti yang terjadi pada Museum Dirgantara TNI AU Yogyakarta. banyak komponen-komponen yang seharusnya dimiliki oleh museum. Seperti komponen yang menunjang aspek keamanan dari museum. Komponen-komponen tersebut seperti adanya CCTV di dalam dan di luar museum, Alarm, peralatan pemadam api, dsb. (UNESCO : 2011). Komponen selanjutnya yang seharusnya dimiliki museum adalah storage yang mumpuni serta tertata rapi. Dan tampaknya Museum Dirgantara TNI AU Yogyakarta belum memilikinya. Ruangan Storage pada museum ini cenderung apa adanya dan hanya seperti gudang. Padahal storage merupakan komponen yang penting pada sebuah museum. Kemudian komponen selanjutnya adalah adanya fasilitas publik untuk memfasilitasi pengunjung. Komponen-komponen tersebut meliputi toilet, souvenir shop, dsb. Pada Museum Dirgantara TNI AU Yogyakarta tampaknya juga masih apa adanya. Hal tersebut terlihat dari adanya souvenir shop yang kondisinya kurang tertata dengan rapi. Selain itu toilet yang tersedia masih terbatas dan kurang bisa memfasilitasi pengunjung.
            Selain itu komponen fisik lainnya yang harus diperhatikan museum-museum di Indonesia kurang menarik dan informatifnya koleksi yang di display. Kebanyakan penataan koleksi yang dipamerkan Kurang menarik. kurang adanya sesuatu yang interaktif dan informatif pada museum juga menjadi kendala yang sering dijumpai. Seharusnya museum yang baik memiliki koleksi yang dapat “berbicara” kepada pengunjungnya. Mungkin dengan menambahkan seperti perangkat elektronik yang memiliki software yang interaktif sehingga pengunjung tidak hanya melihat melainkan juga terlibat atau mencoba.
            Kemudian komponen berikutnya yang harus dimiliki suatu museum selain komponen fisik yaitu komponen non fisik yang meliputi SDM dan manajemen museum. Memiliki SDM yang berkualitas dan terkualifikasi adalah hal yang harus dimiliki oleh suatu museum. Selain itu manajemen yang terorganisir dengan rapi juga harus dimiliki. Karena kaitannya dengan mutu dari museum tersebut. Jika suatu museum memiliki SDM yang berkualitas serta manajemen yang rapi dapat dikatakan museum tersebut adalah museum yang berkualitas dan profesional. Hingga saat ini hal-hal itulah yang harus dibenahi pada museum-museum yang ada di Indonesia.
            Selain hal-hal yang disebutkan diatas terdapat satu hal lagi yang seharusnya dimiliki oleh museum yaitu publikasi yang menarik. publikasi merupakan hal yang sangat penting. Hal ini dikarenakan bagaimana masyarakat akan tertarik kalo masyarakat tidak tahu museum tersebut berada dan tentang apa museum tersebut. sejak awal dicanangkannya program Visit Museum tampaknya belum ada museum di Indonesia yang melakukan pembenahan masalah publikasi. Padahal selain pembenahan kondisi fisik dan nonfisik masalah publikasi ini merupakan masalah yang penting juga. Dengan publikasi yang baik dan menarik dapat menimbulkan rasa penasaran bagi masyarakat. Sebenarnya padahal banyak media yang dapat digunakan oleh pihak museum untuk mempromosikan museumnya. Media tersebut seperti media Televisi, Surat Kabar, Radio, dan Internet.
Kesimpulan
            Tahun 2010 merupakan tahun dicanangkannya Visit Museum yaitu program yang dibuat pemerintah guna mengembalikan lagi posisi museum sebagai tempat atau sarana pembalajaran bagi masyarakat. Untuk mendukung program itu pula dicanangakan Gerakan Nasional Cinta Museum. Akan tetapi program yang dicanangkan pemerintah tersebut kurang mendapatkan respon dari pihak museum sendiri. Museum terskesan kurang sigap merespon upaya pemerintah tersebut. Padahal museum adalah objek utama dari program pemerintah tersebut.
            Museum dinilai masih kurang maksimal. Masih banyak yang perlu dibenahi oleh museum. Antara lain aspek fisik seperti storage, keamanan museum, dan fasilitas public serta aspek non fisik yang meliputi kualitas SDM dan Manajemen Museum. Disamping kedua komponen tersebut terdapat hal lain yang harus diperhatikan juga oleh museum dan tidak kalah pentingnya dengan kedua hal tersebut. hal itu adalah masalah publikasi dari museum itu sendiri. Hampir sebagian besar museum di Indonesia masih belum memiliki sarana publikasi yang luas dan menarik. Padahal dari publikasi yang menarik dapat menarik pula minat dari masyarakat itu sendiri untuk mengunjungi museum. Seharusnya pihak museum dapat memanfaatkan sarana komunikasi massa seperti televisi, radio, surat kabar, dan internet sebagai saranan promosi yang strategis untuk mempublikasikan museum pada masyarakat luas. 
Oleh: Gilang Swara Sukma

Daftar Pustaka
Haryono, Daniel. 2011. Museum Ullen Sentalu: Penerapan Museologi Baru. Jakarta: Universitas Indonesia.
Khoirnafiya, Siti. 2009. Peranan Museum Pada Masyarakat Masa Kini.
UNESCO. 2011. Panduan Praktis Untuk Revitalisasi Museum Di Indonesia.

No comments:

Post a Comment