Bangsa
yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya. Ungkapan tersebut
sepertinya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Sejak kecil, sejak duduk di
bangku sekolah dasar ungkapan tersebut sudah sering di dengar. Namun,
sepertinya tidak hanya sekedar menghargai saja. Melainkan kita juga diwajibkan
untuk memahami dari sebuah sejarah. Karena dengan kita memahaminya otomatis
kita akan menghargainya.
Sebagai masyarakat yang berada di
suatu bangsa yang besar, kita masyarakat Indonesia memang harus memahami apa
yang menjadi sejarah dari bangsa kita. Kita harus memahami apa yang telah
terjdi sehingga kita dapat merasakan bangsa Indonesia yang seperti saat ini.
Selain itu, kita juga harus menghargai proses-proses yang dialami bangsa ini.
Hal tersebut bertujuan agar apa yang telah dialami bangsa Indonesia dahulunya
dapat dijadikan pelajaran untuk menjalani kehidupan di masa sekarang dan yang
akan datang. Mengambil semua yang merupakan sisi positif dan memperbaiki semua
yang merupakan bagian dari kesalahan yang terjadi di masa lalu agar kesalahan
tersebut tidak akan terulang pada masa yang akan datang. Maka dari itu,
melestarikan sebuah sejarah agar dapat dipahami dan dihargai sangatlah penting.
Dewasa ini banyak cara yang dapat
dilakukan untuk memahami sebuah sejarah. Tidak hanya melalui buku, saat ini
banyak media yang dapat digunakan untuk mempelajari sebuah sejarah bangsa kita.
Mulai dari media audio visual seperti televisi dan radio hingga media internet
dapat kita gunakan sebagai sarana pembelajaran tentang sejarah. Akan tetapi,
akhir-akhir ini yang sedang digalakkan pemerintah yaitu menggunakan museum
sebagai sarana pembelajaran mengenai sejarah bagi msyarakat. Dan bahkan tidak
hanya sejarah saja, hal-hal yang berkaitan dengan ilmu-ilmu lain juga dapat
dipelajari lewat museum.
Museum adalah lembaga yang mempunyai
peranan strategis dalam melestarikan dan mengkomunikasikan sumber daya budaya
kita yang sangat beragam, sebagai salah satu asset pariwisata Indonesia
(Khoirnafiya, 2009). Museum juga mempunyai peran penting dalam meningkatkan
kualitas masyarakat, antara lain dalam membentuk pembelajaran, pelayanan
informasi, dan penyediaan tempt rekreasi yang edukatif. Oleh karena itu, museum
perlu ditumbuhkembangkan dengan baik dan terarah mengingat museum memiliki
peranan yang sangat penting dalam masyarakat (khoirnafiya, 2009). Museum
sendiri saat ini bisa dibilang merupakan hal yang diprioritaskan oleh
pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan presiden Susilo Bambang
Yudhoyono yang menegaskan bahwa museum merupakan tempat yang sangat bernilai bagi
perjalanan hidup sebuah bangsa dan sebagai tempat menyimpan berbagai karya
luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman kebudayaan
kita serta penting artinya bagi pembelajaran.
Berdasarkan pernyataan presiden
tersebut tampaknya pemerintah memang sangat serius dengan masalah permuseuman yang
ada di Indonesia. Lalu sepeertinya saat ini negara ingin memaksimalkan fungsi
museum sebagai tempat pembelajaran bagi masyarakat. Dalam usahanya tersebut,
pemerintah telah menggalakan program Visit
Museum yang sudah dicanangkan sejak 30 Desember 2009. Selain itu, untuk
mendukung program tersebut, pemerintah juga mencanagkan program yang sedang
hangat-hangatnya saat ini yaitu mengadakan program Gerakan Nasional Cinta
Museum (GNCM). Yaitu sebuah program yang bertujuan menumbuhkan minat masyarakat
terhadap meseum di Indonesia. Program-program yang terkait dengan museum tersebut tidak lain adalah usaha
pemerintah untuk membantu masyarakat guna memahami dan mengahargai sejarah
maupun kebudayaan yang dimiliki serta dihasilkan oleh bangsa ini.
Akan tetapi, tampaknya
program-program terkait usaha pemerintah tersebut masih memiliki kendala. Tiga
tahun program Visit Museum berjalan, masih
banyak yang harus dibenahi oleh pemerintah terkait permuseuman di Indonesia.
Hal-hal tersebut antara lain mengenai kesiapan objeknya sendiri. yaitu museum
yang merupakan objek utama dari program pemerintah ini. Apakah museum
benar-benar memiliki persiapan yang matang untuk menjalankan program pemerintah
ini?. Kemudian apa yang diperlukan museum untuk menunjang kesuksesan program
pemerintah tersebut?. masalah-masalah tersebut yang nantinya akan dibahas dalam
makalah ini.
Belum Maksimalnya Persiapan Museum
di Indonesia
Wacana
pemerintah tentang penggunaan museum sebagai sarana pembelajaran untuk
masyarakat Indonesia tampaknya memang benar-benar serius. Keseriusan pemerintah
tersebut ditandai dengan dicanangkannya program Visit Museum yang dinilai sebagai langkah konkrit untuk mewujudkan
usaha pemerintah tersebut. Kemudian untuk mendukung program pemerintah tentang Visit Museum, maka dicanangkanlah program Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM).
Program Gerakan Nasional Cinta
Museum (GNCM) adalah upaya
penggalangan kebersamaan antar pemangku kepentingan dan pemilik kepentingan
dalam rangka pencapaian fungsionalisasi museum guna memperkuat apresiasi
masyarakat terhadap nilai kesejarahan dan budaya bangsa (BudPar, 2010). Gerakan
Nasional Cinta Museum (GNCM) ini bertujuan untuk membenahi peran dan posisi
museum yang difokuskan pada aspek internal maupun eksternal (BudPar, 2010).
Pembenahan pada aspek internal lebih kepada revitalisasi fungsi museum dalam
rangka penguatan pencitraan melalui pendekatan konsep manajemen yang terkait
dengan fisik dan non fisik. Sedangkan pembenahan pada aspek eksternal lebih
kepada konsep kemasan program yaitu menggunakan bentuk sosialisasi dan kampanye
pada masyarakat sebagai bagian dari stakeholder. Pembenahan-pembenahan tersebut
dilakukan guna menguubah paradigma masyarakat tentang museum.
Museum
yang merupakan sarana pembelajaran masyarakat yang bersifat informatif sering
dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Banyak masyarakat yang memandang museum
sebagai tempat yang kuno dan tidak menarik serta menyeramkan. Bahkan menurut
Dean (1996:
5) museum identik dengan bangunan yang digunakan sebagai gudang dengan bentuk
display yang usang (open storage with obsolete display) karena kondisi
didalamnya yang tidak tertata, berdebu dan memberi kesan agak menyeramkan (dusty
and spooky)(Dean, David : 1996
dalam Haryono, Daniel: 2011).
Kondisi tersebut merupakan realita yang benar-benar
terjadi terkait dengan museum. Mayoritas museum di Indonesia memang tampak
kuno, kotor, dan tidak inovatif. Koleksi-koleksi yang didisplai pun terkesan
asal dan kurang diperhatikan. Bahkan ironisnya sering dijumpai musem yang
mendisplai koleksi yang itu-itu saja dengan tempat dan posisi yang tidak berubah
dari awal koleksi tersebut di-display. Maka dari itu, saat ini
pemerintah sedang berusaha mengubah paradigma masyarakat akan museum yang
membosankan dengan berusha membangkitkan kembali minat masyarakat terhadap
museum.
Usaha
pemerintah guna mengubah paradigma masyarakat tentang museum ini merupakan
langkah yang baik. Merevitalisasi bentuk fisik serta strukturisasi pada museum
di Indonesia sedang diupayakan semaksimal mungkin. Akan tetapi tampaknya
langkah pemerintah mendapatkan respon yang lambat dari museum itu sendiri. Niat
pemerintah tersebut kurang didukung kesigapan pihak museum. Bahkan
ditengah-tengah semangatnya pemerintah mencanangkan program Gerakan Nasional
Cinta Museum masih banyak museum-museum yang dinilai kurang maksimal dalam
mendukung program pemerintah. Revitalisasi yang dilakukan oleh pihak museum
tergolong lambat dan kurang cekatan.
Sebagai contoh kasus yang terjadi di Museum
Dirgantara Angkatan Udara Yogyakarta. Disana belum terlihat adanya usaha para
pengelola museum untuk merevitalisasi bangunan museum. Bahkan usaha untuk
memperbaiki tata pemran dan display museum masih belum dilakukan. Selain itu,
upaya untuk melengkapi komponen-komponen dalam museum yang dianjurkan oleh ICOM
(The International Council of Museum) juga masih kurang. Pihak museum cenderung
terlalu apa adanya. Padahal melengkapi komponen-komponen yang mengacu pada kode
etik museum yang diterbitkan ICOM merupakan acuan yang harus digunakan.
Sehingga program pemerintah ini kurang didukung kesigapan museum yang masih
kurang maksimal dalam memperbaharui dirinya dengan komponen-komponen yang dapat
mendukung Gerakan Nasional Cinta Museum. Padahal program pemerintah ini
merupakan upaya untuk membangkitkan minat masyarakat kepada museum itu sendiri.
Hal-Hal
Yang Dibutuhkan Museum
Museum yang merupakan tempat pembalajaran yang bersifat informative
sekarang sedang mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah. Upaya-upaya
untuk mengembalikan fungsi museum kepada masyarakat sedang digalakkan oleh
pemerintah yaitu dengan mencanangkan program Gerakan Nasional Cinta Museum
untuk mendukung Visit Museum. Akan tetapi langkah pemerintah tesebut
kurang mendapatkan kesigapan yang baik justru dari objek pemerintah tersebut
yaitu museum. Museum dinilai masih kurang maksimal merevitalisasi dirinya.
Masih banyak yang harus dibenahi dalam museum di Indonesia.
Jika
mengacu pada Kode Etik Museum ICOM, masih banyak hal-hal yang harus
direvitalisasi museum-museum di Indonesia. Hal tersebut antara lain masalah
fisik dan non fisik. Masalah yang kaitannya dengan fisik Museum berupa bangunan
museum, koleksi, tata pameran, fasilitas-fasilitas pendukung pada museum
(storage, keamanan museum, dan fasilitas publik) (UNESCO : 2011). Kemudian
masalah yang kaitannya dengan perbaikan non fisik pada museum adalah hal-hal
yang kaitannya dengan manajemen museum.
Dapat dikatakan hampir sebagian besar museum
di Indonesia memang kurang maksimal merespon upaya pemerintah ini. seperti yang
terjadi pada Museum Dirgantara TNI AU Yogyakarta. banyak komponen-komponen yang
seharusnya dimiliki oleh museum. Seperti komponen yang menunjang aspek keamanan
dari museum. Komponen-komponen tersebut seperti adanya CCTV di dalam dan di luar
museum, Alarm, peralatan pemadam api, dsb. (UNESCO : 2011). Komponen
selanjutnya yang seharusnya dimiliki museum adalah storage yang mumpuni serta
tertata rapi. Dan tampaknya Museum Dirgantara TNI AU Yogyakarta belum
memilikinya. Ruangan Storage pada museum ini cenderung apa adanya dan hanya
seperti gudang. Padahal storage merupakan komponen yang penting pada sebuah
museum. Kemudian komponen selanjutnya adalah adanya fasilitas publik untuk
memfasilitasi pengunjung. Komponen-komponen tersebut meliputi toilet, souvenir
shop, dsb. Pada Museum Dirgantara TNI AU Yogyakarta tampaknya juga masih
apa adanya. Hal tersebut terlihat dari adanya souvenir shop yang
kondisinya kurang tertata dengan rapi. Selain itu toilet yang tersedia masih
terbatas dan kurang bisa memfasilitasi pengunjung.
Selain
itu komponen fisik lainnya yang harus diperhatikan museum-museum di Indonesia
kurang menarik dan informatifnya koleksi yang di display. Kebanyakan penataan
koleksi yang dipamerkan Kurang menarik. kurang adanya sesuatu yang interaktif
dan informatif pada museum juga menjadi kendala yang sering dijumpai.
Seharusnya museum yang baik memiliki koleksi yang dapat “berbicara” kepada
pengunjungnya. Mungkin dengan menambahkan seperti perangkat elektronik yang
memiliki software yang interaktif sehingga pengunjung tidak hanya melihat
melainkan juga terlibat atau mencoba.
Kemudian
komponen berikutnya yang harus dimiliki suatu museum selain komponen fisik
yaitu komponen non fisik yang meliputi SDM dan manajemen museum. Memiliki SDM
yang berkualitas dan terkualifikasi adalah hal yang harus dimiliki oleh suatu
museum. Selain itu manajemen yang terorganisir dengan rapi juga harus dimiliki.
Karena kaitannya dengan mutu dari museum tersebut. Jika suatu museum memiliki
SDM yang berkualitas serta manajemen yang rapi dapat dikatakan museum tersebut
adalah museum yang berkualitas dan profesional. Hingga saat ini hal-hal itulah
yang harus dibenahi pada museum-museum yang ada di Indonesia.
Selain
hal-hal yang disebutkan diatas terdapat satu hal lagi yang seharusnya dimiliki
oleh museum yaitu publikasi yang menarik. publikasi merupakan hal yang sangat
penting. Hal ini dikarenakan bagaimana masyarakat akan tertarik kalo masyarakat
tidak tahu museum tersebut berada dan tentang apa museum tersebut. sejak awal
dicanangkannya program Visit Museum tampaknya belum ada museum di
Indonesia yang melakukan pembenahan masalah publikasi. Padahal selain
pembenahan kondisi fisik dan nonfisik masalah publikasi ini merupakan masalah
yang penting juga. Dengan publikasi yang baik dan menarik dapat menimbulkan
rasa penasaran bagi masyarakat. Sebenarnya padahal banyak media yang dapat
digunakan oleh pihak museum untuk mempromosikan museumnya. Media tersebut
seperti media Televisi, Surat Kabar, Radio, dan Internet.
Kesimpulan
Tahun
2010 merupakan tahun dicanangkannya Visit Museum yaitu program yang
dibuat pemerintah guna mengembalikan lagi posisi museum sebagai tempat atau
sarana pembalajaran bagi masyarakat. Untuk mendukung program itu pula
dicanangakan Gerakan Nasional Cinta Museum. Akan tetapi program yang
dicanangkan pemerintah tersebut kurang mendapatkan respon dari pihak museum
sendiri. Museum terskesan kurang sigap merespon upaya pemerintah tersebut.
Padahal museum adalah objek utama dari program pemerintah tersebut.
Museum
dinilai masih kurang maksimal. Masih banyak yang perlu dibenahi oleh museum.
Antara lain aspek fisik seperti storage, keamanan museum, dan fasilitas public
serta aspek non fisik yang meliputi kualitas SDM dan Manajemen Museum.
Disamping kedua komponen tersebut terdapat hal lain yang harus diperhatikan
juga oleh museum dan tidak kalah pentingnya dengan kedua hal tersebut. hal itu
adalah masalah publikasi dari museum itu sendiri. Hampir sebagian besar museum
di Indonesia masih belum memiliki sarana publikasi yang luas dan menarik.
Padahal dari publikasi yang menarik dapat menarik pula minat dari masyarakat itu
sendiri untuk mengunjungi museum. Seharusnya pihak museum dapat memanfaatkan
sarana komunikasi massa seperti televisi, radio, surat kabar, dan internet
sebagai saranan promosi yang strategis untuk mempublikasikan museum pada
masyarakat luas.
Oleh: Gilang Swara Sukma
Daftar Pustaka
Haryono, Daniel. 2011.
Museum
Ullen Sentalu: Penerapan Museologi Baru. Jakarta: Universitas Indonesia.
Khoirnafiya, Siti. 2009. Peranan Museum Pada Masyarakat Masa Kini.
UNESCO. 2011. Panduan Praktis Untuk Revitalisasi Museum Di Indonesia.
No comments:
Post a Comment