Buku adalah jendela dunia. Dunia
gelap tanpa membaca. Sepertinya ungkapan-ungkapan tersebut memang benar. Betapa
susahnya jika seseorang atau manusia tidak dapat membaca. Dunia terasa gelap,
dan bahkan kita serasa hidup tapi tak dapat melihat. Seperti halnya sebuah
semboyan surat
kabar nasional yaitu baca “kompas” kunci jendela dunia. Yang memang sepertinya
dengan membaca sebuah buku kita dapat mengetahui segalanya serta memperluas
pandangan kita. Selain itu, ungkapan membaca adalah kunci menuju jendela dunia
sering diartikan oleh para penulis sebagai berikut: dengan kita membaca buku
maka kita seolah terbang menuju ke dunia baru.
Dari
ungkapan serta kiasan-kiasan yang disebutkan diatas maka betapa pentingnya
membaca sebuah buku. Dan jika merujuk kepada ungkapan-ungkapan tersebut maka
kita dapat mengartikan buku dengan arti yang luas yaitu membaca sebuah buku
sama dengan mengenyam pendidikan. Pendidikan memang merupakan suatu bekal dasar
yang harus dimiliki manusia. Tanpa pendidikan manusia bukanlah manusia. Tanpa
pendidikan manusia tidak jauh dengan hewan yang hanya mengandalkan naluri bukan
otak, pikiran, serta logikanya. Dengan adanya pendidikan diharapkan manusia
dapat mengenal siapa dirinya. Selain itu, dengan melalui pendidikan manusia
dapat memahami sekitarnya termasuk memahami sesame manusia lainnya. Dengan
pendidikan pula manusia diharapkan mampu bertahan hidup atau survive dengan cara yang benar. Dan
dengan adanya pendidikan manusia pun diharapkan dapat memimpin umatnya. Apalagi
melihat kondisi zaman yang sejatinya selalu berkembang maju kedepan. Maka dari
itu, jika tidak dengan pendidikan maka manusia akan binasa termakan oleh zaman.
Seperti
memang telah menjadi unsur pokok dalam kehidupan manusia, pendidikan merupakan
hal yang sangat prioritas. Di Indonesia sendiri, pendidikan telah terlihat
sejak zaman Hindu Buddha. Yaitu dengan adanya kaum rsi (pertapa). Kaum rsi ini merupakan kaum yang mendapatkan
pendidikan dari alam yaitu dengan cara mengasingkan diri mencari ketenangan dan
diharapkan dapat memperoleh sesuatu yang dianggapnya sebagai pelajaran hidup.
Kum rsi percaya apa yang mereka sebut dengan wangsit atau wahyu
merupakan ilmu atau pengetahuan yang diperoleh buah dari pendidikan yang ia
lakukan di alam. Lalu pada zaman selanjutnya yaitu ketika memasuki masa islam,
pendidikan dilakukan disuatu tempat yang disebut Pesantren. Di pesantren ini manusia mendapat sebuah pelajaran atau
pendidikan yang tentunya pendidikan itu berbasis pada agama islam. dengan
adanya pendidikan di Pesantren
tersebut manusia dapat berbuat atau berperilaku sesuai norma atau tidak
melanggar larangan Allah. Dari kedua
proses pendidikan yang dipaparkan tersebut maka dapat diambil satu garis lurus
yaitu pendidikan yang diberikan lebih cenderung bersifat kebatinan dan menuntun
manusia dalam mencari jati diri mereka masing-masing.
Seiring
dengan berkembangnya zaman dan semakin bertambahnya populasi manusia di dunia
maka pendidikan untuk memperoleh ketenangan batin dirasa masih belum cukup.
Manusia semakin membutuhkan pendidikan yang dapat memberikannya suatu cara
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang lebih bersifat material atau kebendaan.
Semakin berkembangnya pikiran manusia juga menjadi salah satu faktor perlu
adanya pendidikan yang dapat dijadikan bekal dalam memperoleh kebutuhan yang
bersifat material. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut manusia melakukannya
dengan memiliki suatu pekerjaan atau mata pencaharian yang lebih menghasilkan.
Adanya mainset atau pola pemikiran
seperti ini dimulai ketika masuknya bangsa asing di Nusantara. Terutama pada
masa pemerintahan kolonial di Indonesia .
Pemerintah kolonial yang mengeksploitasi segala sumber daya yang ada di
Nusantara untuk kepentingan mereka merasa perlu adanya pekerja yang
berpendidikan. Hal ini dilakukan untuk memenuhi daya saing yang semakin berat.
Maka dari itu, pemerintah kolonial membuat kebijakan mengenai pendidikan agar
dapat menciptakan tenaga kerja yang murah dan terlatih.
Untuk
mendapatkan tenaga yang terlatih dan murah, pemerintah kolonial mulai membangun
fasilitas-fasilitas pendidikan. Fasilitas-fasilitas yang berkenaan dengan
pendidikan tersebut didirikan di berbagai daerah, terutama dikota-kota besar
seperti Batavia , Bandung ,
Surakarta , dan Yogyakarta .
dan berikut yang akan dibahas dalam makalah ini adalah tentang fasilitas
pendidikan yaitu sekolah yang ada di Yogyakarta. lebih detailnya makalah ini
akan membahas tentang jenis-jenis sekolah yang ada di Yogyakarta
dilihat dari status serta fungsi dari sekolah itu sendiri.
Fasilitas pendidikan (sekolah) di Yogyakarta
Sebenarnya pendidikan berupa sekolah
telah ada sejak abad ke 15. Dimana semua sekolah yang ada pada waktu itu
merupakan sekolah yang berbasis pada agama. Karena memang ini kaitannya dengan
pengaruh budaya khatolik yang berkembang pesat dan menjalar di Eropa. Di
Nusantara sendiri, sekolah yang berbasis agama tersebut selain sebagai tempat
pendidikan lahir juga digunakan sebagai tempat pendidikan batiniah yang
kaitannya dengan penyebaran agama Khatolik. Seiring dengan jatuhnya Bangsa
Portugis dan Spanyol di Nusantara, maka pada abad ke 17 dan 18 pemertintah VOC
pada waktu itu sangat memperketat pengawasan terhadap sekolah-sekolah yang
merupakan peninggalan Bangsa Portugis dan Spanyol (http://pasarkreasi.com/pendidikandizamanpenjajahanbelanda.htm).
Barulah pada akhir abad ke 18, VOC mengalami kebangkrutan dan seluruh
pemerintahan di Hindia Belanda diserahkan langsung kepada pemerintahan kerajaan
Belanda. Mulai dari situ, sector pendidikan mendapatkan perhatian yang lebih.
Hal inin ditandai dengan dikeluarkannya kebijakan dibidang pendidikan,
diantaranya adalah: (1) Menjaga jarak atau tidak memihak salah satu agama
tertentu. (2) Memperhatikan keselarasan dengan lingkungan sehingga anak didik
kelak mampu mandiri atau mencari penghidupan guna mendukung kepentingan
kolonial. (3) Sistem pendidikan diatur menurut pembedaan lapisan sosial,
khususnya yang ada di Jawa. (4) Pendidikan diukur dan diarahkan untuk
melahirkan kelas elit masyarakat yang dapat dimanfaatkan sebagai pendukung
supremasi politik dan ekonomi pemerintah kolonial. (http://pasarkreasi.com/pendidikandizamanpenjajahanbelanda.htm).
Di
yogyakarta sendiri pendidikan mulai dapat perhatian lebih ketika Mullemeister
menjabat sebagai residen (1880-1891). Pada tahun 1879 di Yogyakarta
hanya terdapat satu sekolah milik pemerintah dan satu sekolah Partikelir di
daerah Paku Alam (Surjomihardjo, 2008: 67). Lalu ditahun 1890, Sultan
mendirikan sekolah yang merupakan sebuah pendopo kesultanan. Lalu diberi nama
Srimanganti. Srimanganti sendiri diperuntukan untuk anak-anak yang merupakan
anak raja atau priyayi. Srimanganti dikenal dengan Eerste Klasse chool Met De Basa Kedaton (sekolah yang diperuntukkan
golongan nomor 1, Eerste Klasse). Lalu
pada tahun 1898 didirikan pula Tweede Klasse
School (sekolah untuk
golongan kelas dua) di Margoyasan, Jetis, Ngabean, Pakualaman, dan Gading
(Surjomihardjo, 2008: 68-69).
Setelah
tahun 1900, ketika Van Deventer menjabat sebagai
gubernur Hindia Belanda menerapkan Politik Etisnya yaitu Edukasi, Irigasi, dan
Emigrasi perkembangan pendidikan di Indonesia menjadi lebih progresif.
Di yogyakarta, fasilitas pendidikan seperti sekolah semakin bermunculan.
Surjomihardjo membagi 2 jenis sekolah yang ada di Yogyakarta ,
yaitu sekolah pemerintah dan swasta. (Surjomihardjo, 2008). Yang termasuk
kedalam sekolah pemerintah yaitu AMS dan HIS. Lalu, terdapat sekolah yang
dikelola oleh swasta yaitu Muhammadiyah dan Taman Siswa.
1.
Sekolah Pemerintah (Negeri)
Yang
dimaksud sekolah pemerintah yaitu sekolah yang berada langsung dibawah
peraturan kolonial Belanda. Baik secara manajemen maupun kurikulumnya. Disini
Pemerintah Kolonial memegang kendali secara langsung. Sekolah-sekolah yang
termasuk kedalam sekolah Pemerintah adalah HIS (Holland-Inlandsche School )
dan AMS (Algemeene Middelbare School).
è HIS
(Holland-Inlandsche School )
HIS
merupakan sekolah yang jenjangnya setara dengan SD (pada masa kini). HIS
merupakan sekolah yang diperuntukkan anak-anak dari golongan bangsawan,
tokoh-tokoh terkemuka, atau pegawai negeri. Lama pendidikan di HIS biasanya 7
tahun. Di Yogyakarta sendiri HIS didirikan pada tahun 1915 atas usulan Budi
Utomo yang menginginkan adanya kemjuan di bidang kebudayaan dan pendidikan di
kalangan Bumi Putera. Memang HIS sendiri diperuntukkan bagi golangan pribumi
(Bumi Putera).
HIS
negeri yang pertama di Yogyakarta adalah HIS
yang berada di Jetis. HIS ini merupakan Sekolah Kelas 1 Negeri (sekarang SMPN 6
Yogyakarta). Lulusan dari HIS dapat melanjutkan kejenjang berikutnya yaitu
melanjutkan ke AMS, MULO (Meer Uitgebreid
Lager Onderwijs), atau Hogere
Kweekschool (sekolah guru yang akan mengajar di HIS).
è AMS (Algemeene Middelbare
School )
AMS merupakan sekolah kelanjutan dari
HIS. Jika sekarang AMS setara dengan SMA
(Sekolah Menengah Atas). AMS sendiri hanya berada di ibukota-ibukota Provinsi
saja seperti di Jakarta , Bandung ,
Yogyakarta, Medan , dan Surakarta . Banyak para orang tua yang menyekolahkan
anaknya di AMS setelah lulus HIS. Harapannya adalah agar anaknya dapat masuk ke
Hooge School (Perguruan Tinggi). AMS
sendiri dibagi menjadi dua yaitu, AMS afdelling A yaitu AMS yang menekankan
pada ilmu sastra dan budaya. lalu berikutnya adalah AMS afdelling B yang
menekankan pada pada ilmu alam dan ilmu pasti.
Di Yogyakarta sendiri AMS telah ada
sejak tahun 1918. AMS yang ada di Yogyakarta
merupakan AMS afd B yaitu AMS yang lebih menekankan ilmu alam sebagai pedoman
pendidikannya. Gedung AMS afd B di YOgyakarta terletak di Kawasan Kota Baru dan
sekarang merupakan gedung SMAN 3 Yogyakarta.
2.
Sekolah Swasta
Sekolah swasta disini merupakan sekolah yang dikelola
langsung oleh pihak swasta. Yang dikelola disini adalah dalam hal manajemen dan basis mereka.
yang termasuk kedalam sekolah swasta adalah sekolah-sekolah Kristen dan
Khatolik, Muhammadiyah, serta Taman Siswa. Pada dasarnya, tingkatan pada
sekolah swasta sama seperti sekolah pemerintah (negeri), yaitu jenjang dasar
(HIS) dan jenjang lanjutan (AMS, MULO).
è Sekolah-sekolah
Kristen dan Khatolik.
Sekolah-sekolah yang
berbasis Kristen dan Khatolik cenderung mengajarkan atau mempersiapkan pemuda
sebagai missionaris maupun sebagai seorang pastor. Karena memang tujuan mereka
selain bergerak di bidang pendidikan, mereka juga memiliki tujuan gunan
menyebarkan ajaran Kristen maupun Khatolik. Adapan sekolah-sekolah Kristen di
Yogyakarta yaitu ELS FIliaal (MULO) di Gondolayu dan Hooge Holandsche Inlandsch Onderwijs (sekolah pendidikan untuk
pembantu penyebaran Injil bagi Bumiputera dan Tionghoa) di Kliten Lor
(Surjomihardjo, 2008: 82-83). Selain sekolah yang bercorak Kristen, terdapat
pula sekolah yang bercorak Khatolik yaitu berpusat di Kampemenstraat yang terletak di Wirobrajan dan Gowongan. Pada Kampemenstraat terdapat Frobelschool hingga MULO.
è Muhammadiyah
Muhammadiyah merupakan suatu organisasi yang didirikan oleh
K.H Ahmad Dahlan. Muhammadiyah sendiri muncul sebagai reaksi atas semakin
berkembang pesatnya sekolah-sekolah yang merupakan sekolah Khatolik maupun
Kristen (Surjomihardjo, 2008: 86). Muhammaddiyah didirikan pada 18 November
1912. Dengan ajaran islam yang lebih modernis, Muhammadiyah berkembang dengan
pesat. Apalagi didukung oleh seorang figure K.H Ahmad Dahlan yang merupakan
seorang nasionalis tetapi agamis. Selain itu, adanya dukungan dari para Abdi Dalem juga memicu berkembangnya
Muhammadiyah. Muhammadiyah sendiri juga mendirikan beberapa sekolah dari HIS
hingga Hooge School . Salah satu sekolah Muhammadiyah
yaitu MULO Muhammdiyah di daerah Bintaran Tengah.
è Taman Siswa
Setelah 10 tahun berdirinya
Muhammadiyah, mulai muncul organisasi-organisasi yang bergerak di bidang
pendidikan. Salah satunya adalah Taman Siswa. Tujuannya berdirinya Taman Siswa
sebenarnya sama dengan tujuan Muhammadiyah, yaitu timbul karena adanya reaksi
terhadap pengajaran barat yang dilakukan oleh pemerintah. Namun, bedanya dengan
Muhammadiyah yaitu Taman Siswa lebih netral dalam masalah agama.
Taman
Siswa didirikan oleh R.M Suwardi Suryaningrat atau yang selanjutnya dikenal
dengan sebutan Ki Hajar Dewantara. Dan pada tahun 1924, Taman Siswa baru
tercatat dalam data statistic pendidikan Yogyakarta, dengan 28 murid dan 17
guru (Surjomihardjo, 2008: 100). Sampai saat ini perguruan Taman Siswa masih
dapat dijumpai yaitu didekat daerah Pakualaman.
Kesimpulan
Di dalam kehidupan
manusia, pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting. Tanpa pendidikan
manusia tidak memiliki bekal guna menjalani kehidupan. Selain itu tanpa
pendidikan manusia tidak memiliki jalan hidup. Pendidikan yang bersifat formal
di Indonesia dimulai ketika bangsa Eropa memasuki wilayah nusantara. Pada
awalnya, pendidikan dijadikan alat untuk menyebarkan agama Khatolik. Namun,
seiring perkembangannya ketika VOC mengambil alih Nusantara pendidikan dijadikan
sebagai alat eksploitasi. Pendidikan digunakan untuk menciptakan pekerja yang
terlatih dan murah tentunya. Akan tetapi, setelah tahun 1900 ketika Van Deventer mengemukakan
Trias Politikanya paradigma tentang pendidikan berubah. Yang tadinya hanya
digunakan sebagai tempat untuk menciptakan pekerja yang murah namun terlatih
berubah tujuan yaitu untuk peningkatan kualitas SDM di Indonesia. Terbukti
memang pada awal abad ke 20 banyak muncul sekolah-sekolah yang memang
diperuntukkan bagi kaum Pribumi (Bumiputera).
Tetapi, tampaknya sekolah-sekolah tersebut baru hanya
terdapat di ibukota-ibukota provinsi, termasuk di Yogyakarta .
sekolah-sekolah tersebut dibagi menjadi dua yaitu sekolah negeri yang dikelola
pemerintah, seperti HIS, MULO, Hooge
School dan sekolah swasta
yang dikelola oleh pihak Swasta seperti sekolah-sekolah Kristen dan Khatolik,
Muhammadiyah, dan Taman Siswa. Walaupun demikian, dengan adanya sekolah-sekolah
tersebut dapat menciptakan bangsa yang berpendidikan walau latar belakangnya
berbeda.
OLEH: GILANG SWARA SUKMA
DAFTAR PUSTAKA
Surjomihardjo, Abdurrachman. 2008. Kota Yogyakarta
Tempo Doeloe Sejarah Sosial 1880-1930. Komunitas Bambu: Depok.
Suharto. 2007. Pendidikan
Swasta di Indonesia pada Masa Kolonial Studi Kasus:
Sekolah Pasundan,
1922-1944. UI: Depok.
No comments:
Post a Comment