Periode Hindu-Buddha di Indonesia berlangsung cukup lama, yaitu dimulai
pada abad ke 4 dengan ditemukannya prasasti Yupa
bukti adanya Kerajaan Kutai sekaligus bukti adanya kerajaan Hindu pertama di
Indonesia dan berakhir pada abad ke 15 yang ditandai dengan runtuhnya Kerajaan
Majapahit. Periode yang berlangsung selama 14 abad tersebut merupakan masa-masa
keemasan dari masa Hindu dan Buddha. Hal ini ditandai dengan munculnya banyak
bangunan-bangunan megah yang bersifat monumental, bangunan tersebut berupa
candi. Mulai dari Pulau Sumatra hingga seluruh
pelosok Pulau Jawa tersebar banyak candi, baik yang bercorak Hindu maupun
Buddha. Dari banyaknya candi yang tersebar dari Sumatra hingga seluruh pelosok
pulau Jawa, terdapat satu candi dengan bentuk yang sangat tidak lazim dibanding
candi-candi bercorak Hindu maupun Buddha yang ditemukan di Indonesia . Candi tersebut adalah
Candi Sukuh.
Mengapa Candi Sukuh dikatakan
memiliki bentuk yang tak lazim dan berbeda dengan candi-candi yang ditemukan di
Indonesia
pada umumnya?. Jika dilihat dari segi bentuk bangunan, candi yang terletak di
lereng barat Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah ini memiliki bentuk yang
sangat unik. Jika kita melihat bentuknya, candi ini seperti sebuah bangunan
yang mirip dengan piramida yang dimiliki oleh Suku Mayan dan Suku Inca di Peru.
Selain itu, bentuk Candi Sukuh menyimpang dari aturan dan pola-pola yang telah
diatur dalam kitab arsitektur Hindu, yaitu Vastuwidya dan lebih seperti
bangunan Punden Berundak yang termasuk dalam budaya Megalitik.
Selain bentuknya yang unik, Candi
Sukuh juga memiliki arca-arca yang berbeda dengan arca-arca yang ada pada
candi-candi yang bercorak Hindu. Arca-arca yang ada di Candi Sukuh memiliki
kemiripan dengan arca-arca megalitik, yaitu bentuknya yang besar dan
digambarkan dengan figur yang menyeramkan. Selain itu, arca-arca yang ada di
Candi Sukuh digambarkan dengan sangat vulgar dan bersifat erotis. Hal itu
ditandai dengan adanya arca Phallus (yang merupakan symbol dari kelamin
laki-laki) dan Yoni (yang merupakan symbol dari vagina) digambarkan dengan
sangat detail dan erotis. Selain itu, terdapat arca seseorang laki-laki yang
sedang memegang alat kelaminnya. Maka dari itu, Candi Sukuh mendapatkan julukan
“The Most Erotic Temple in The World” setelah Candi Kamasutra yang ada di India .
Namun dibalik arca-arcanya yang digambarkan dengan sangat erotis itu, tersirat
banyak makna. Ada
yang mengartikan arca Phallus dan Yoni merupakan gambaran dari Siwa dan
istrinya Parvati dan dijadikan sebagai lambing kesuburan dalam agama Hindu.
Selain itu, penggambaran arca-arca yang begitu Vulgar memilik arti yang
mendalam dan sarat akan makna yaitu memiliki makna sebagai lambang kesucian
antara hubungan wanita dan pria yang merupakan cikal bakal kehidupan manusia.
Hubungan pria dan wanita yang dimaksud adalah hubungan yang tidak sekedar melampiaskan
hawa nafsu, melainkan hubungan yang sangat sakral dan wujud curahan kasih sayang anak manusia untuk
melahirkan sebuah keturunan.
Relief-relief pada Candi Sukuh semuanya menggambarkan peristiwa
“ruwatan”. Ruwatan adalah salah satu adat Jawa yang tujuannya untuk membebaskan orang,
komunitas atau wilayah dari ancaman bahaya. Inti acara ruwatan adalah doa memohon
perlindungan pada Tuhan dari ancaman bahaya-bahaya seperti bencana alam, etc.
Relief-relief tersebut adalah relief cerita Sudhamala dan cerita Garudeya.
Banyak Interpretasi yang dilontarkan para arkeolog
tentang Candi Sukuh. Diantaranya adalah Candi Sukuh dibangun pada akhir abad ke
15 dan didirikan oleh kaum-kaum pelarian yang melarikan dari pinggiran
Majapahit akibat serangan dari Demak Bintoro. Hal ini dibuktikan dengan adanya
relief-relief serta sebuah prasasti yang ada dibelakang patung garuda dan
berisi tentang kisah Garudeya. Secara garis besar relief-relief tersebut berisi
tentang peristiwa ruwatan yang dikenal dengan peristiwa penolak bala. Selain
itu, dapat dikatakan bahwa telah terjadi akulturasi antara budaya Hindu dengan
budaya kepercayaan terhadap nenek moyang. Hal tersebut digambarkan dengan
adanya simbol siwa dan parvati sebagai lambang budaya Hindu dan adanya
arca-arca seperti arca budaya megalitik. Bentuk bangunan dari Candi Sukuh yang
seperti “punden berundak” sebagai hasil dari budaya megalitik dan berbeda dengan
candi-candi bercorak Hindu yang ada di Indonesia.
No comments:
Post a Comment