Ketika
itu, yang aku tahu hanya malam yang selalu menampakkan batang hidungnya. Hanya
gelap yang selalu menemaniku kemanapun aku berada. Cuma kesunyian yang selalu
berkelakar di tengah-tengah hidupnya raga ini. aku hampir tak bisa merasakan
ke-ada-an. Aku hampir tak tahu apa dan siapa itu pagi. Aku bahkan tak mengerti
kalau ternyata di dunia ini banyak cahaya yang menyilaukan. Mungkin aku telah
buta dibutakan oleh silaunya cahaya sehingga aku tak dapat menangkapnya.
Sampai saatnya ketika kejenuhan akan kegelapan
malam mulai melanda, tiba-tiba kamu datang. Layaknya seonggok jelangkung yang
datang tanpa diundang. Seperti nyala lampu yang terang dan menyilaukan mata.
Kamu datang dengan membawa kesejukan dan kehangatan. Bukan kedinginan lagi yang
kurasa, aku merasa sesuatu yang sangat berbeda. Pagi, kamu telah dating
memelukku dengan hangat sehingga sejuk yang kurasa enggan aku jatuhkan. Aku
merindukanmu pagi. Aku sangat merindukan datangnya kamu. Aku hampir mati
ditelan malam, sebelum kamu menyelamatkanku.
Pagi, kau selalu yang dinanti.
Ketika malam telah memiliki kejenuhan. Ketika ayam-ayam yang tak bisa melihat
dikala gelap. Saat tanaman tertidur pulas dibekap sinar bulan. Pagi selalu
dinanti. Bunga bermekaran, embun bertebaran, matahari bersinar, itu yang selalu
dinanti.
Pagi, kamu telah kudapatkan. Kamu
telah memelukku dengan erat. Kamu telah berhasil membangkitkan semangatku
kembali, semangat untuk tersenyum kembali. Karena kamu, aku merasa lahir
kembali di dunia ini. aku enggan melepaskanmu dan aku yakin kamu juga tidak
akan membiarkanku kembali terlelap dinaungi gelapnya malam.
Pagi, aku ingin bertanya
kepadamu. Apakah kamu akan memelukku dengan erat? Apakah kamu akan selalu hadir
dan menjadi penyemangat dalam menjalani hidup ini? apakah kamu akan selalu
membiarkan aku menikmati setiap kehangatan dan kesejukkan dipeluk olehmu? Dan
jika malam tanpa sengaja menculiku kembali, apakah kamu akan hadir menjadi
penyelamatku dari keheningan malam? apakah kamu akan selalu hadir di dalam
kehidupanku?
Huft, maaf kalau aku begitu egois
untuk selalu memiliki pagi. Karena sejatinya pagi itu berhak dimiliki dan
dinikmati oleh siapapun.
Jogja, 10022013
No comments:
Post a Comment